8. MUHAMMAD IQBAL ALFAHRI
BIODATA. xxxxx
PUISI
8.01. Ahoooiii… Negeri Deli
8.02. Terjaga
8.03. Kisah Cinta.
8.04. Rayuan Cuaca.
8.05.
8.06.
8.07.
8.08.
8.09.
8.10.
8.01.
AHOOOIII… NEGERI DELI
Ahoooiii… Negeri Deli
Setiap insan memandangmu sebagai cahaya agung dari Pulau Sumatera
Diberkahi wujudmu dengan kekayaan dan keindahan
Dari balik tirai-tirai sejarah tergambar wajah-wajah tanpa dosa tersenyum ikhlas menyambut para pendatang
Ahoooiii… Negeri Deli
Puak Melayu riang gembira songsong cita di tanah bertuah
Maimun dan Al-Mashun berdiri megah tuk pertahankan marwahmu
Tak akan Melayu hilang di atas bumimu karena kan tetap Melayu kau sepanjang masa
Ahoooiii… Negeri Deli
Dunia menjadi saksi bahwa alammu adalah berkah dari Allah Yang Maha Kuasa
Air, tanah, dan udaramu sajikan cinta yang tertambat dalam hati
Dentuman gendangmu adalah penawar bagi siapa saja yang haus akan kebahagiaan
Tari Serampangan XII sambut mereka tuk berkunjung ke negeri tembakau sang sultan.
8.02.
TERJAGA
Malam semakin larut
Hembusan angin menusuk tulangku
Senyum tak lagi terpampang
Tapi aku masih ingin terjaga.
Aku tak bisa berhenti berfikir
Melayang fikirku kepada era kemudian
Bagaimana dan mau jadi apa nantinya?
Terus terngiang-ngiang di dalam benakku.
Namun seketika aku tersadar
Bahwa kita menjalani takdir kita masing-masing
Dan aku tak akan pernah menyerah kepada takdirku
Aku bisa, aku mampu, aku akan guncang dunia.
8.03.
KISAH CINTA
Cinta adalah sebuah puncak dari ledakan kasih sayang
Cinta mewakili senyuman semesta kepada seluruh jiwa yang haus akan hadirnya
Dia menari riang di dalam tubuhku sebagai makhluk yang baik lakunya
Pikir cinta hanya memberi dan hanya itu sajalah maunya
Terkadang cinta akan berubah menjadi makhluk yang buruk lakunya saat posisinya terancam
Dia mampu menghujam beribu tusukan di jantungku hingga aku merasa lebih baik mati saja
Aku terlentang, meronta, meraung kesakitan
Aku ingin bangkit namun terlalu lemah untuk itu
Aku terus berusaha namun jatuh berkali-kali
Aku meminta pertolongan namun setiap jiwa juga merasakan hal yang sama
Teriak, aku berteriak
Dan seketika aku tersadar butuh cinta adalah hadirmu
[11:17 AM, 4/1/2019] Iqbal Alfahri Medan: Puisi Muhammad Iqbal Alfahri
8.04.
RAYUAN CUACA
Mendung, gerimis lalu hujan
Cuaca menyimpan kenangan di dalam setiap kepala
Sebagian mengingat kepada luka dan sebagian lagi berpihak pada tawa
Aku duduk di beranda rumah
Menyeruput secangkir kopi hangat dan setoples kudapan
Cuaca terus merayuku dengan hawa dinginnya
Ia tak ingin aku tak terbuai karenanya
Ia terus menggodaku dan berusaha menjamah isi kepalaku
Ia berhasil membuatku bernostalgia
Aku tertawa terbahak-bahak namun ingin meluapkan air mata juga
Cuaca memang ahlinya bermain dengan rasa
Aku tak ingin terbuai lagi
Mungkin lain kali aku akan memilih memejamkan mata indahku dari pada harus berhadapan dengan makhluk bernama cuaca
Selamat tinggal cuaca.
8.05
xxxxxxxxxx